Oleh : Uwes Fatoni
Beberapa waktu yang lalu media sedang ramai dan gencar dengan pemberitaan seputar sakitnya mantan presiden Soeharto di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Bak seorang selebritis perkembangan kesehatan Soeharto deras mengalir menghiasi setiap pemberitaan. Berbagai ulasan pun ditayangkan untuk mengingat kembali jejak perjuangannya bagi bangsa ini.
Pemberitaan pun diramaikan pula dengan kedatangan puluhan tokoh dan mantan tokoh politik baik dalam maupun luar negeri yang menjenguk dan mendoakan kesehatannya. Tidak kurang Mahatir Muhammad mantan Perdana Menteri Malaysia pun menyempatkan diri datang menjenguknya.
Peristiwa sakitnya Soeharto menjadi pembicaraan menarik mulai dari kalangan tokoh nasional di televisi sampai rakyat kecil di warung-warung kopi. Kita melihat ternyata nama besar mantan presiden RI kedua ini masih sangat besar dan memiliki pengaruh yang sangat kuat sekalipun ia dihujat oleh kebanyakan masyarakat namun sekaligus juga dicintai oleh masyarakat lainnya.
Di Indonesia keadaan sakit seorang tokoh politik bukan semata berpengaruh secara fisik dan mental bagi dirinya, namun juga berdimensi politik dan hukum berkaitan dengan kehidupan sosialnya. Semakin tinggi posisi jabatan orang sakit maka semakin besar pula pengaruh sakitnya bagi masyarakat.
Seringkali sakit digunakan oleh beberapa pejabat yang terkena korupsi di Indonesia dijadikan sebagai tameng. Kita mengenal … kasus terakhir duta besar Indonesia untuk malaysia Rusmanhadi, mantan Kapolri yang terjerat kasus korupsi, tidak ditangkap oleh KPK karena jatuh sakit.
Namun kasus sakitnya soeharto memang tidak direkayasa, hanya terlihat penanganannya begitu berlebihan dibandingkan dengan yang pernah dialami oleh mantan Presiden Soekarno.
Menjenguk Orang Sakit
Dalam Islam menjenguk orang sakit merupakan salah satu hak dan kewajiban dalam berhubungan sosial bermasyarakat. Rasulullah memberikan contoh yang sangat baik dalam hal menjenguk orang sakit. Dalam sebuah riwayat dikisahkan tatkala di Mekkah Rasulullah senantiasa diganggu oleh orang Quraisy ketika pergi ke Masjidil Haram. Suatu ketika orang yang menggangu Rasulullah tersebut tidak kelihatan. Ketika ditanyakan kemana dia, ternyata orang yang sering mengganggu beliu sedang sakit. Beliau lalu menjenguknya sampai orang Quraisy tersebut masuk Islam.
Menjenguk orang sakit bukan semata mendatangi orang sakit secara fisik namun juga harus disertai pikiran dan hati yang bersih. Di sini berarti sikap memaafkan dan mendoakan harus hadir dan lebih terasa dibandingkan sikap menjelek-jelekan dan mengumpat orang yang sakit. apalagi bila orang yang sakit dalam kondisi kritis menuju sakaratul maut. Doa menjadi senjata yang bisa menenangkannya bersiap-siap menghadap sang Khalik. Sekalipun kita tidak pernah tahu apakah memang saat ini sudah waktunya, atau malah kemudian si sakit sehat kembali.
Sakit politik
Selain ramai dengan pemberitaan berbondong-bondongnya orang yang menjenguk. Media pun memaparkan tentang sikap beberapa tokoh tentang status soeharto. Bagi kelompok reformis soeharto terus dihujat dan didesak untuk terus diadili sampai jelas status hukumnya. Sedangkan bagi tokoh yang besar di masa orde baru mereka mendorong masyarakat dan hukum untuk memaafkan bapak pembangunan tersebut. Di tengah polemik status hukum soeharto ini ternyata tidak ada gerakan yang menuju kepada salah satu opsi di atas. Yang ada hanyalah posisi menggantung soeharto antara sebagai orang yang dhendak diadili dan posisi akan diampuni. Dari sini kita bisa melihat betapa bangsa ini mengalami sakit politik sekaligus sakit hukum. Sakit politik artinya fatsoen politik kurang mengedepan. Lebih banyak hujatan, cemoohan dan ungkapan-ungkapan menjelekan.
Dengan situasi yang sakit politik seperti ini maka kita tidak bisa berharap bangsa ini akan maju setelah tokoh politik orde baru ini menghadap sang khalik. Dalam kondisi seperti ini ternyata yang harus dijenguk dan didoakan bukan hanya soeharto namun juga semua tokoh politik bangsa ini. Bila soeharto sakit secara fisik maka para tokoh politik yang sekarang sedang manggung sakit secara mental. Mereka belum menyadari bahwa dirinya satu saat akan mengalami seperti apa yang sekarang sedang dihadapi oleh Soeharto. Sudah sepatutnya kita menjenguk para tokoh politik yang sedang manggung maupun yang berebutan untuk naik ke panggung politik dan mendoakan mereka agar secepatnya sadar.
Tidak ada komentar
Posting Komentar